Visemedia.id, Serang — Ketegangan terjadi di depan Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang pada Kamis (23/10) siang ketika aksi demonstrasi yang digelar oleh Eksekutif Kota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EK LMND) Serang Raya bersama HMI MPO Cabang Serang berakhir bentrok dengan aparat kepolisian.
Satu orang anggota LMND dilaporkan mengalami luka serius dan harus mendapat perawatan di RSUD dr. Drajat Prawiranegara setelah menjadi korban tindakan represif aparat.
Kericuhan pecah ketika mahasiswa yang menunggu lebih dari dua jam agar Bupati Serang menemui massa aksi tidak juga mendapat tanggapan.
Ketika mereka mencoba maju ke gerbang utama untuk menyampaikan pernyataan sikap, aparat justru mendorong dan memukul barisan depan, menyebabkan sejumlah peserta aksi terjatuh dan terinjak.
Aksi ini merupakan bagian dari kampanye nasional menolak praktik kekuasaan lokal yang disebut mahasiswa sebagai “Serakahnomics” — model pemerintahan yang menjadikan anggaran publik sebagai alat rente dan kekuasaan pribadi, bukan sarana mewujudkan keadilan sosial.
“Pemkab Serang telah membangkang terhadap konstitusi, tuli terhadap penderitaan rakyat, dan menutup mata terhadap ketimpangan. Saat kami datang membawa aspirasi, yang kami terima justru pukulan,” ujar Aji, Ketua EK LMND Serang Raya.
LMND mengecam keras tindakan aparat yang dinilai melanggar hak konstitusional untuk menyampaikan pendapat di muka umum, sebagaimana dijamin oleh Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 dan UU Nomor 9 Tahun 1998.
“Negara seharusnya mendengar, bukan membungkam. Tapi hari ini, suara rakyat dihadang dengan pentungan,” kata Adam, koordinator lapangan aksi tersebut.
Dalam aksinya, mahasiswa menyuarakan sepuluh tuntutan utama, antara lain: penataan APBD sesuai mandat konstitusi, pemulihan kerugian akibat truk ODOL, pelaksanaan reforma agraria sejati, relokasi korban radioaktif, pembubaran tempat hiburan malam, hingga pemenuhan hak masyarakat Pulau Tunda.
Sekretaris EK LMND Serang Raya, Farida, menyebut tindakan represif aparat dan ketidakhadiran Bupati Serang sebagai bukti arogansi kekuasaan lokal.
“Tindakan ini memperlihatkan bahwa rezim Serakahnomics tidak hanya serakah terhadap anggaran publik, tetapi juga takut pada suara rakyat,” tegasnya.
Hingga sore hari, massa aksi akhirnya membubarkan diri setelah memastikan rekan mereka yang luka mendapatkan perawatan medis.
Namun, LMND menegaskan akan terus mengawal kasus kekerasan tersebut dan memperkuat konsolidasi rakyat untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai “rezim Serakahnomics” — rezim yang rakus terhadap uang negara dan anti terhadap kritik rakyat.











































